Amsa Nadzifah Wakili Literasi Desa Tumbuh dalam Forum Pemimpin Muda Dunia YLP 2025 di Singapura

Singapura, Literasidesatumbuh.id– Ketua Yayasan Literasi Desa Tumbuh, Amsa Nadzifah, mewakili Indonesia sebagai salah satu peserta dalam Young Leaders Programme (YLP) 2025), yang diselenggarakan pada 26-28 Juni 2025 di Raffles City Convention Centre, Singapura. Ajang internasional ini mempertemukan lebih dari 100 pemimpin muda dari berbagai negara untuk mendiskusikan dan merumuskan solusi atas tantangan sosial global masa kini.

YLP 2025 diinisiasi oleh Ministry of Culture, Community and Youth (MCCY) Singapura, dan dirancang sebagai ruang belajar interaktif untuk mendorong partisipasi pemuda dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis. Selama tiga hari penuh, para peserta mengikuti berbagai kegiatan yang menggabungkan pembelajaran tematik, eksplorasi lapangan, dan kerja kolaboratif.

Program ini diawali dengan sesi Cultural Networking Evening, di mana para pemimpin muda saling berbagi cerita dan mengenalkan konteks sosial budaya dari negara masing-masing. Selanjutnya, mereka mengikuti kegiatan Forum Theatre dan Heartlands Exploration — kunjungan langsung ke permukiman-permukiman di Singapura yang merepresentasikan kehidupan multikultural dan harmoni sosial di tengah keberagaman.

Hal menarik lainnya adalah setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi berbagai tempat untuk lebih mengenal budaya dan agama yang ada di Singapura. Amsa, mengunjungi Haw Par Villa, dimana belajar mengenal mengenai beragam pemahaman terhadap siklus kehidupan. Ada agama yang beranggapan bahwa kehidupan sekarang akan berlanjut pada kehidupan selanjutnya dengan adanya Surga dan Neraka, namun ada juga agama yang mempercayai reinkarnasi. Selain itu, Amsa juga mencoba merasakan beberapa menit di dalam peti.

“Jadi membayangkan kematian, sendiri dan gelap.” Begitu ungkapnya setelah keluar dari peti itu.

Berbagai sesi tematik seperti Volunteer Quest, Act Against Disunity, dan Grand Challenges: Faith in Action juga menjadi bagian dari rangkaian program. Sesi ini mendorong para peserta untuk mengkaji isu-isu seperti radikalisme, ketimpangan sosial, dan peran lintas agama dalam menjaga perdamaian. Pada hari terakhir, para delegasi merancang ide proyek sosial yang dapat diadaptasi dan dijalankan di negara masing-masing, dalam sesi Applied Learning bersama Center for Religion and Civic Culture (CRCC), University of Southern California.

Dalam refleksinya, Amsa menyampaikan kekagumannya terhadap pendekatan pemerintah Singapura yang terbuka terhadap suara anak muda. “Saya belajar bahwa di Singapura, anak muda punya akses langsung untuk menyampaikan ide kepada para pengambil kebijakan, bahkan beberapa dari mereka memiliki jalur komunikasi pribadi dengan Menteri. Itu menunjukkan tingkat kepercayaan dan kolaborasi yang sangat sehat antara negara dan generasi muda,” ujarnya.

Keikutsertaan Amsa dalam forum ini membawa semangat dari komunitas akar rumput yang selama ini digerakkan oleh Yayasan Literasi Desa Tumbuh, khususnya dalam bidang literasi, seni, dan pembangunan sosial di pedesaan. Partisipasi ini sekaligus menjadi bukti bahwa praktik-praktik lokal dari desa pun bisa berkontribusi dalam percakapan global tentang masa depan sosial dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *